Sabtu, 24 Oktober 2009

GERAKAN ARSITEKTUR MODEREN

Klasifikasi gerakan arsitektur modern berdasarkan political ideals dan ciri-cirinya:
I. The Idealist Tradition
2. The Intuitive Tradition
3. He Self Corscious Tradition
4. The Unself Conscius Traditon
5. The Logical Traditon
6. The Activist Tradition
dalam perkembangan arsitektur modern dari tahun '20 - '70 dari pengamatanpengamatan
Ch.Jencks.
Kenapa arsitektur dikaitkan dengan politik? Baik secara komporomistis maupun
bertolak belakang dalam perwujudan arsitektur.
Sebab :
1. Arsitektur semakin tergantung pada patron kolekif (negara, pemerintahan,
kelompok usahawan). Pada tradisi logis, perbedaan kontras terdapat pada ahli
teknik dengan orientasi dan efisiensi untuk pelayanan masyarakat.
Buckminster Fuller mengusulkan :
Suatu sistem organisasi dunia yang memajukan insinyur sebagai arsitek
dunia (universal architect) menggantikan para politikus.
Pada prinsipnya: mengantikan pemikiran-pemikiran politis dengan pemikiran
teknis dan efisien.
2. Pada umumnya arsitek sangat halus mempengaruhi pemakainya.
Kenzo Tange mengharapkan:
Dalam menghadapi tantangan realitas, kita harus bersiap-siap
menghadapi masa datang dengan type revolusi teknologi baru yang dapat
merubah sistem masyarakat yang ada sekarang.
Perencanaan yang skematis, pertumbuhan yang kontinu merupakan dampak
dari revolusi cybernetic ; yang juga merupakan ciri tradisi logis.

BAGIAN I
TRADISI LOGIS

Periode "20-keatas; kaitan antara arsitekur modern dengan revolusi
industri Revolusi industri dalam material dan teknologi mempengaruhi bentukbentuk
arsitektur modern. Dengan hadirnya IPTEK, manusia memuja
'pembaharuan-pembaharuan' dan 'perubahan'. Perubahan pada tradisi-tradisi
sosial and estetis (nilai-nilai lama).
Dengan IPTEK, kemungkinan untuk mengembangkan/mewujudkan ide-ide
tentang bentuk yang mengikuti fungsi (form follows function) semakin
bertambah. Gerakan modern dalam arsitektur mencoba menyederhanakan dan
menyatukan kerumitan permasalahan yang ada.
Tradisi logis dengan sekumpulan sikap dan metode desain yang
sistematis, menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan bangunan
dengan industri (akibat kurangnya pengertian tentang bagaimana tersebut
bekerja). Sejarah desain parametrik banyak berkembang di Jepang dalam
pergerakan arsitektur yang dipelopori oleh Kenzo Tange.
Dalam satu segi merupakan perkembangan dari zaman keiayan (heroic
period) dari hasil akhir Le Corbusier.
Dan dari segi lain; mirip dengan gerakan super sensualis (yang
menggambarkan keabsolutan teknologi yang kontras dengan nilai
tradisional)
Aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini sebab Jepang banyak
mengambil ide dan image, dan kemudian secara sistematis menyempurnakannya
(sehingga pada umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal ide tersebut)
Contoh :
1. Pavillon di Expo 70 (Kenzo Tange) merupakan realisasi dari
• Ide Archigram (group Inggris) yaitu Plug in City 1964 dan
• Yona Friedman yaitu Spatial City 1961
2. Landmark Tower, Expo 70 (Kiyonari Kikutake) Osaka Dari proyek yang ada
sebelumnya yaitu : percobaan geodesic dari Bucminster Fuller dan Archigram
Montreal Tower Project, '64
Sukses yang dicapai oleh para arsitek Jepang memperlihatkan keajaiban
ekonomi Jepang yang berkembang pesat, ditambah dengan penemuan teknologi
yang berkembang pesat pula secara alamiah membentuk suatu filosofi politik
yang 'meritocracy', managerialism, dan teknorasi. Pertimbangan dari tradisi logis
yang memperhatikan kebesaran yang universal dari alam dan doktrin dari
fungsionalisme (asumsi dari Pierre Luigi Nervi)
• apakah arsitektur bergerak kesuatu bentuk yang sama? Ya!
Berdasarkan : - pendekatan hukum-hukum alam
Jadi : Kelompok logis meramalkan bahwa bentuk "arsitektur dimasa yang akan
datang akan selalu ditentukan oleh sifat" keteknikan dan teknologi serta fungsi
dan strukturnya yang mengikuti hukum-hukum alam.
Dengan kata lain: tidak akan ada suatu pengungkapan formil yang baru lepas
dari sitar-sitar radio

KARAKTERISTIK KELOMPOK LOGIS

1. Manfaatkan teknologi-teknologi diatas segalanya
2. Memegang ideologi seorang ahli teknik (engineer)
3. Fungsionalis dan mengembangkan pendekatan kepada hukum-hukum alam
4. Mengandalkan sistem managemen Permasalahan dipecahkan dengan metode
perencanaan yang sistematis Christopher Alexander mengenalkan suatu
metode parametrik (suatu masalah dianalisa menjadi parameter-parameter
yang jumlahnya ribuan-jutaan --- lalu diorganisasi)
5. Menerapkan disiplin-disiplin ilmu dan penalaran (statistik, giometris,
sistematik, statika, dll)
6. Ada keinginan untuk memulai menata lingkungan baru

PRAGMATIS --- IDEAL --- UTOPIAN --- FUTURISTIK
TOKOH DAN KARYA

1. BUCKMINSTER FULLER
UNIONTANK CAR CO (1958)
Sebuah bangunan dengan struktur berbentuk dom (0 384feet - high 120feet)
Fungsi bangunan: tempat reperasi gerbongl tanki KA
Dom ini dibentuk dari 321 unit panil hexagonal (segi 6) dengan rangka baja.
Pada masa itu merupakan bentang terbesar

2. KISHO KURUKAWA
Bangunan ini ditandai kapsul dengan pipa saja. Luas kapsul "2,2 m2.
Dibangun dengan sistem metabolisme (semacam knock-down-red)

3. KENZO TANGE

PAVILLON UTAMA XPO'70
Terdapat Space Frame dengan lebar 200 feet (60m) yang merupakan jaringan
3 dimensional untuk penyal man gaya-gaya. Fungsi-fungsi servisnya
merupakan infra struktur yang ideal. lni merupakan contoh disain yang
sistematis.

4. PIERLUIGI NERVI

HANGGAR PESAWAT TERBANG
5 buah penyangga utama dan 21 balok pendukung yang lebih kecil dengan
dimensi 335 feet x 132 feet.

5. FREI OTTO
ARCTIC CITY ENVELOPE (1971)

Merupakan Sperical pneumatic membrane yang diperkuat oleh jaringan
sebagai pengkaku Ø 2 km, high max 240 m.
Bahan: sintesis transparan dalam 2 lapis, serat "Polister tegangan tinggi
seterusnya ini dibuat untuk menutupi sebuah kota untuk max 45.000
penduduk di Arctic
LOGICAL TRADITION merupakan kelanjutan dari INTUITIVE TRADITION

BAGIAN II
TRADISI INTUITIF

I. REVOLUSI GANDA, suatu pergantian orientasi
Arsitek expresionist sekitar awal '20 dengan kebebasan individual, sering
mencampur adukkan bentuk dengan bentuk anakisme
1.1 Akhirnya perlu ORIENTASl SOSlAL yang diwujudkan dalam konsep
SOSIALlSME ROMANTIK, berdasarkan semangat kerjasama dan
kekeluargaan. Terjadilah revolusi politik yang dibawa oleh GROPIUS, MIES,
dan arsitek AVANTGARDE lainnya yang tergabung dalam NOVEMBER
GRUPPE.
1.2 Perubahan Spiritual yang mengganti nilai-nilai arsitektur terdahulu,
keduanya disebut REVOLUSl GANDA
Salah seorang UTOPIAN yaitu BRUNO TAUT merupakan pengikut REVOLUSl
GANDA ini, dicobannya menggabungkan KONSEP NEW CRYSTAL ARCHITECTURE
dengan konsep lain yang kelihatannya kontradiktif yaitu NEW COMMUNITY SPIRIT
(mencoba membangun gedung-gedung pusat masyarakat, bergaya mewah dan
sangat spektakuler, seperti kristal dengan ekspresi teknologi mutakhir).

II. ARSITEKTUR EKSPRESIONISME DAN FANTASTIK
ldeologi arsitektur ekspresional hanya sedikit terwujud dalam bentuk
arsitektur. Akibatnya 40 tahun kemudian (sekitar '60 an) kembali, sebagai
kelompok kecil arsitektur fantastik
ldeologi Fantastic architecture ini:
Menghargai kebebasan imajinasi arsitek dalam melawan bangunanbangunan
konvensional dan rationalism.
Hundertwasser (Pelukis Austria-awal 60 an) dengan buku :
MOLLID MANIFESTO AGAINST RATIONALISM IN ARCHITECTURE
Dengan dua lema :
1. Kebebasan mencipta mernpakan seni dalam arsitektur
2. Cenderung melawan rasionalis-konvensionalis yang menganggap garis lurus
adalah sesuatu yang jujur dan efisien
Hundertwasser mengajukan gagasan lain:
Mengahargai kebebasan bentuk dan garis seperti makhluk-makhluk
mikrobiologi.
Beberapa karya yang menganut idea ini diciptakan para arsitek fantastik seperti :
BRUCE GOFF, GORMAN, RODDILA, dan lain-lain
(idea-idea mikrobiologis)
a. Mereka memperhatikan aneka sifat barang dan bahan yangg ada disekitarnya
(dari tutup botol sampai kerikil).
Sebagai penyaluran ekspresi yang memiliki ketentuan dan kekuatan sendiri
yang wajar
b. Keahlian ahli struktur dari MORENDI sampai FREI OTTO yang menghasilkan
karya eksprektif yang fantastik.

III. CONTOH-CONTOH
, ulasan protipe
Berbicara sekitar idea fantastik, perlu diketengahkan ahli-ahli struktur
sebagai arsitek yang brilian dari Morendi sampai Nervi.
Frei Otto dengan kabel tariknya sampai dengan 21 km, yang mencoba
mewujudkan konsep hyperbolic berupa kubah luas setebal (hanya) 14,5 cm
dengan bentang 10 m Sama-sama berangkat dari pendekatan struktur,
Hans Scharoun (arsitek Jerman) : Karya fantastik bisa mendekati kebenaran
empirik. Scharoun sebagai arsitek UTOPIAN memegang kuat kreatifitas
individu sebagai ukuran kualitas.
Philharmonic Hall di Berlin, mencoba menyatakan kesan dan suasana hingar
bingar pada eksterior dan interiornya. Semangat 'musical perfomance'
diwujudkan dalam penataan ruang dalam mengikuti bentuk dan irama yang
diciptakan air terjun (berderai, bergelora, bergemuruh, dan seterusnya).
Karya lain secara politis dan fungsional digolongkan pada fantastik adalah
Sidney Opera House (karya Jorn U).
Karya ini banyak diperdebatkan oleh parlemen di Australia, banyak peserta
yang mengundurkan diri karena program yang berubah. Secara arsitektur
dapat dipertanyakan apakah shell voult sesuai dengan keperluan akustik
ruangan atau ekspresi fungsi opera yang diinginkan.

IV. TRADISI INTUITIF MENDATANG
, kecendrungan abad 21
Idea dan bentuk diambil mulai dari hal-hal biasa sampai khayalan diluar
manusiawi. Selain itu diramalkan adanya kelemahan-kelemahan yang bisa
menjadi sasaran kritik, antara lain:
Kesederhanaan yang cenderung naif (naivity)
Asumsinya tentang hal yang melulu bersifat teknologi, akan dapat
diterima dan menjadi bagian dari masyarakat.
Bagaimanapun tradisi ini mencoba membenahi pandangan tersebut selain
memperlihatkan potensi mereka yang bersifat sosial, yaitu potensi
membangun.
RESUME
Pada dasarnya tradisi intuitif selalu meninjau bidang" lain ( Untuk
meminjam atau digunakan kembali untuk merubah hal-hal yang ada pada
masa kini)
Bahasa kekhususan tradisi intuitif-fonnalisme abstrak-mencoba
mempertemukan ideologi-kreatifitas-dan pendapat umum

BAGIAN III
TRADISIIDEALIS

1. LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN
a. Selaras dengan perkembangan zaman muncul bermacam-macam teori dan
ide-ide baru. Para arsitek dihadapkan pada tantangan, bagaimana agar desain
hasil pemikiran mereka dapat dimengerti oleh masyarakat yang heterogen
dan macam-macam pola hidupnya. Tradisi idealis memperhatikan pada
fungsionalis, ekspresif, simbolis, dan sopan santun berusaha menjawab hal
diatas. Tradisi ini adalah inti arsitektur modern, karena sebagian arsitek
tergabung tradisi ini. Mereka mendesain bangunan yang selaras dengan
lingkungannya.
Arsitek dari tradisi ini berusaha agar bentuk dapat dipahami, dan merupakan
kelanjutan dari paham fungsionalisme. Paham fungsionalisme yang kaku,
disempurnakan dengan membuat hasil (produk) dapat dikomunikasikan
dengan masyarakat dengan tanpa meninggalkan fungsi sesungguhnya. LE
CORBUSIER merupakan PIONIR TRADISI IDEALIS
Pemecahan masalah sosial merupakan inti atau masalah utama dalam tradisi
idealis ini, tidak hanya menganjurkan solusi masalah saja ; tapi mereka juga
mengajukan usulan-usulan atau altematif dengan pertimbangan adanya
perubahan di masa datang.
b. Dimulai pada bulan Oktober '20 selama 2 tahun setelah itu, LE CORBUSIER
menulis dimajalah L'ESPRIT NOVEAU (suatu kumpulan artikel yang berisi
tentang semangat baru yaitu semangat konstruksi dan sintesa konsep yang
jelas) dengan selalu menekankan pada ikatan-ikatan idealis seperti semangat
baru, konsep yang jelas, ZEITGEIST, jaman besar. LE CORBUSIER berhasil
mengkristalkan seluruh harapan di tahun 20-an itu, tulisan ini mendapat
tanggapan yang cepat dan nyata.
c. Gerakan-gerakan yang turut merasakan pandangan ini pada awal tahun 2a-an
antara lain: De Stijl (Belanda), Puristme (Paris), Contructivisme (Rusia dan
Hongaria), Ekspresionisme dan Utopian (Jerman), Dadaisme dan Surealisrne
(New York), Kritik (Inggris dan USA) dan Formalisme (Cekoslovakia). Hal ini
merupakan gabungan eksplosif dari semangat Eropa. Kejadian-kejadian di
Eropa terasa cepat bergerak.
Pada waktu itu LE CORBUSIER mengerjakan hampir semua prinsip-prinsip untuk
karyanya KOTA KONTEMPORER untuk 3 milyun penduduk direncanakan untuk 30
tahun.

Dalam tradisi dikenal 5 pembabakan yaitu :
1. PERIOOE HEROIC
2. INTERNATIONAL STYLE
3. METAPHYSIC
4. CIBERNETIC
5. SEMIOLOGI
1. PERIODE HEROIC
Berawal dari tradisi logis
Arsitek-arsitek berusaha mengatasi masalah sosiaI rang dihadapi masyarakat,
rang hal ini hanya menurut ideal si arsitek. Jadi secara tidak sadar arsitek
menganggap dirinya sebagai pahlawan. Contoh periode heroic: KOTA
KONTEMPORER oleh LE CORBOSIER, antara lain berisi :
pemisahan garis fungsi-fungsi utama
sistem-sistem sirkulasi
kota taman
jalan-jalan dalam blok apartement
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 5
Secara politis karya ini antara lain campuran dari ideologi-ideologi yang
bertentangan, mendapat kritik pedas dari semua pihak, misalnya :
KOMUNISME PERANCIS dengan sebutan PERENCANA FASIC, sebab
pemerintahan pusat yang kuat dijalankan oleh kelompok-kelompok elite
pengusaha dan selain itu ada masalah perbedaan kelas dalam masyarakat
(guru dan manajer).
Sikap mendua dari LE CORBUSIER terlihat dari karyanya: FREEHOLD
MAISONNETTE SCHEME (1922) yang cenderung mengarah kepada sosial utopia
dan komunisme serta kapitalis pragmatis dan didukung pertimbangan ekonomi
yang mantap. Proyek ini dengan sifat fungsional, estetis, langsung ditiru oleh
konstruktivis sosial yang dikembangkan menjadi rumah-rumah komunal.
Oleh sebab itu dan sebab lain LE CORBUSIER dicap sebagai antek-antek komunis
oleh kaum reaksioner. Sebagai pembelaan diri ia mengeluarkan buku : Toward
and New Architecture (1923) yang dialiri suatu chapter architecture or
Revolution. LE CORBUSIER dituduh lagi menjadi penganut aliran marxisme
ortodoks karena ia mencoba memecahkan masalah sosial dengan cara arsitektur
tanpa revolusi. Hal ini dihadapkan pacta posisi yang sama dari setiap arsitek
idealis. Ketika ditekan oleh tuduhan ini, LE CORBUSIER beralih lagi dan sikap
apolitic pragmatis ke justifika teknokrat (netral dan efisien). Hal ini dinyatakan
pada bagian akhir bukunya yang berjudul The City Of Tomorrow Pada 1928
Helena de Mandrot di Swiss, dibawah bimbingan LE CORBUSIER membawa suatu
ide untuk mempertemukan arsitek dalam suatu kongres internasional (CIAM I).
Hasilnya:
Pameran Weissonhof, yang menetapkan arsitek modern sebagai gaya
tahun '20-an (segi positif).
LE CORBUSIER kalah dalam liga nasional karena tidak berkompromi
dengan aliran modern (segi negatif).
CIAM terbagi dalam 2 golongan yang bertentangan :
1. Arsitektur formalis dari Perancis
2. Arsitektur fungsionalis dari Jerman yang terjadi karena perbedaan borjuis
reformis dan marxis revolusionalis. Kelompok ini tidak mengenal adanya
pembagian kelas dalam masyarakat.
Karena pertentangan ini (CIAM) mengalami kemunduran arsitek Jerman (Ernst
May dan Haunes Meyer) membuat suatu kontrol dari pihak pemerintah
berdasarkan opini publik, contoh : Kasus Frankfurt Jerman yang memperlihatkan
bahwa dinas tata kota berpengaruh pada perkembangan arsitektur. Sebelum
kejayaan tradisi idealis pada periode heroic berakhir dikemukakan dua tradisi
idealis dan harapan untuk peningkatkan mutu.
1. Kepahlawanan yang terjadi pada kehidupan yang sehari-hari (mengagungagungkan
objek sehari-hari seperti pipa air, botol anggur, knop pintu, mesin)
2. Periode heroic berarti semangat kepahlawanan dari setiap individu untuk
mengubah masyarakat.
Contoh : monumen atau Mies Van Rohe, bersikap apolitik pragmatis dan
secara fatal menghormati pada kekuatan struktur yang ada sehingga
merancang monumen komunis ini. Sikap apolitik ini sangat mempengaruhi
kemunduran tradisi idealis sesudah periode heroic. Pada dasarnya aliran sosial
utopian yang menjiwai karya LE CORBUSIER, GROPIUS dan arsitek-arsitek
CIAM menjadi mundur pada saat estetik dari internasional style merajai
dunia.

2. INTERNATIONAL STYLE
Pada waktu pertentangan-pertentangan idealis (seperti yang sudah ditulis
sebelumnya) LE CORBUSIER, GROPIUS, arsitek-arsitek ClAM membentuk aliran
baru yang tidak memihak idealis manapun, yang menjadi sebab aliran ini disebut
aliran International Style. International Style mencapai puncak perkembangannya
pada tahun '50-an. Berupa Curtain Wall. Curtain Wall antara lain kulit ( selimut)
yang bersifat tidak menunjang, berupa bingkai-bingkai jendela dan panel-panel
yang ditonjolkan dari struktur bangunan rangka.
Ada 2 kelemahan dan International Style, yaitu:
1. Penghamburan energi untuk ekspresi bangunan
2. Dengan sistem yang berulang dan curtain wall, sukar untuk mengekspresikan
fungsi yang beragam di dalam bangunan
Contoh bangunan masa International Style:
Seagram Building, NY'58
Lever House, NY '52
Pepsi Cola Building, NY'60
General Motor Technical Centre '55
Tribun Tower, Chicago '22
Pada awal '60 an, terjadi kontradiksi antara kesempurnaan teknis dan visual
versus kesederhanaan. Hal ini merupakan sebab utama dari timbulnya New
Brutalism (New brutalism adalah suatu aliran pada masa transisi dan CIAM ke
team X).
Aliran ini terjadi secara paralel of life and art, yang berusaha mengobjektifkan
realitas yang mengenai kebiasaan dari masyarakat, keinginan-keinginan dan
teknologi rang dikuasai, dan sebagainya.

3. METAFISIK
International Style tersaingi oleh Bureaucratic School, karena terjadi kontradiksi
antara keunggulan teknik dan visual dari bangunan dengan kekurangankekurangan
yang tidak dapat disangkal dari arti bangunan sesungguhnya. Dalam
tradisi idealis ada aliran New Brutalism, selain itu ada aliran metafisile dimana
arsitek seperti Louis Khan, Aldo Van Eyek dan James Stirling termasuk dalam
aliran ini.
Karya-karya mereka merupakan derivat-derivat dari prinsip-prinsip yang terdapat
pada periode heroik yang menunjukkan bahwa bagaimanapun juga arsitek tidak
lepas dari pemikiran sosial maupun politik yang menjadi nabi prinsipini adalah
Louis Khan.
Karya-karya arsitek rang dihasilkan oleh METAPHYSICAL SCHOOL adalah primitif
dalam ekspresi, tidak fundamentalis, tegas, jelas berdasarkan elemen-elemen
rang teratur rang secara konseptual dihasilkan arsitek Sebagai contoh:
Karya James Stirling, St Andreus Residence merupakan pengulangan bentuk unit
kamar tidur, dan hal ini mempunyai kelebihan dalam mengurangi ekspresi dalam
efisien danjuga fungsi yang mengidentifikasikan arsitekknya.
Dalam semua kasus ini penekannya pada segi mental dan kemauan masyarakat
diutamakan dibandingkan bahan-bahan dasarnya.

4. CYBERNETIC SHOOL
Banyaknya kemungkinan baru seperti desain komputer, bank data desain 3
dimensi holograpic, dan komunikasi laser dan produksi otomatis (automated
production). Kebencian pada produk-produk mesin (karena patern yang
diprogramkan itu-itu saja). Salah satu dalil dalam ars modern yang disetujui oleh
LE CORBUSIER dan WALTER GROPIUS ialah buku arsitek harus mendesain typetype
arsitek yang beraneka ragam (invariant archetypes), standar atau object
types yang kemudian bisa diulang tanpa akhir dengan produksi massal.
Pertimbangan LE CORBUSIER adalah ekenomi sosiologi dan teori Darwin.
Kaum sosiologis mengatakan bahwa anomik yang coforminty akibat standarnisasi
tersebut sangat merusak hubungan sosial, individu. Sedangkan yang lain
mengatakan otomatisasi yang dihasilkan oleh produksi cybernetic bisa membawa
kita ke kehidupan organik, dunia pekerjaan tangan dimana tiap bentuk berbeda
dengan bentuk selanjutnya dengan ongkos yang sama, kecepatan, dan efisien
yang sama untuk suatu produksi ulang.
Rumah dimasa datang dibangun dengan sistem perakitan dimana panil-panilnya
berlainan yang bisa dipasang menurut sikon.
Produksi cybernetic (sering disebut Revolusi II) akan mengembalikan lingkungan
pada zaman sebelum industri dimana produksi bisa dipesan.
Manusia dikontrol oleh sistem budayanya bukan hanya hubungan ekonomi
semata.
Contoh: - Cambridge Faculty of History, oleh James Striling dan Michael Wilford.

5. SEMIOLOGI
Produksi cybernetic (Rev. Industri II) membuat dampak pada lingkungan seperti
halnya kejadian pada zaman sebelum revolusi industri terdahulu. Seperti telah
disebutkan bahwa, lebih baik menyatakan manusia diatur oleh signs yang
menyeluruh pada kebudayaannya dan tidak oleh kemampuan ekonominya saja.
Demikian teori mengenai signs, semiology, menjadi landasan penting, karena hal
ini memberikan bermacam-macam variasi sistem komunikasi.
Teori semiology akan menjelaskan hubungan antara bermacam-macam sumbersumber
kolektif, langue dan pilihan individual dan kreasinya, parole.
Menurut Ferdinand de Saussme:
1. Langue = berasal dari language yang berarti cara berkomunikasi antara
manusia. Dalam arsitek yang dimaksud adalah suatu ciri umum yang mudah
dikenal dan dipahami oleh masyarakat.
2. Parole = Suatu cara pengungkapan keinginan pribadi (speech)
Dalam arsitek hal ini berarti suatu pemasukan keinan pribadi dari sang
pencipta kedalam karyanya dengan tanpa memperhatikan lingkungan
masyarakat apakah karya tersebut dapat diterima atau tidak.
Penggunaan signs dari sumber-sumber yang berbeda-beda meningkat dikalangan
arsitektur. Jika ia menggunakan sumber-sumber yang terlampau jauh berbeda
dengan harapan dan keinginan kolektif, maka ia gagal dalam berkomunikasi.
Robert Venturi telah memperlihatkan dan menerangkan bagaimana cara seorang
arsitek dapat menggabungkan eliche, citra, dan iklan pada disain suatu bangunan
tanpa harus terjatuh pada salah satu ekstrim di atas.
Kaum Facis cenderung menyimpan dan menahan pengalaman, dalam suatu
masyarakat yang pluralis ada kewajiban untuk mengenal tuntunan-tuntutan yang
bermacam-macam dan masalah sosial yang terjadi.
Contoh: Boston University Complex oleh Jose Louis Sert
Contoh ini membutuhkan kemungkinan manusia bisa berdampingan
dengan lingkungannya jika fungsi dan bentuk diselaraskan sain sama
lain.
Pada kenyataannya hubungan antara bentuk dan fungsi atau signifer dan signifea
sangat susah ditentukan dan selalu menjadi pertanyaan. Semiologi School
menekankan suatu bentuk (dari suatu bentuk) suatu kawasan lingkungan bisa
dikenal oleh masyarakatnya.

CIRI-CIRI TRADISI IDEALIS
Sulit untuk merumuskan ciri-cirinya (secarah umum), karena kadang-kadang
pada suatu periode jauh berbeda dengan periode lain; maka ciri-ciri ini disusun
berdasarkan kejayaan periode yang mempengamhi tradisi ini; antara lain:
1. Pada periode Heroic
bertitik tolak pada pemecahan masalah sosial
berlandaskan idealisme pribadi arsitek
dipengaruhi penemuan-penemuan baru mengenai mesin
pendewaan terhadap barang-barang sehari-hari
ekspensif fungsionalis
2. Pada saat dipengaruhi International Style
penggunaan curtain wall dan asesorisnya
clean dan simple
3. Pada saat dipengaruhi Metaphysic School
menempatkan arsitek pada skala kosmis
berdasarkan keinginan untuk membuat dunia lebih baik
berdasarkan gagasan bahwa bentuk dapat dihasilkan dari bentuk struktur
alami, seperti dome, busur
Primitif dalam ekspresinnya, pengesposan bahan yang berstruktur kasar
(bata, batu, dan lain-lain)
4. Pada saat dipengaruhi Cybernetic
dalam memecahkan masalah mencoba memberikan alternatif lain, variant
yang timbul dari kemampuan dan keistimewaan mesin otomat
mass production, standardisasi
pertimbangan dari segi ekonomi, sosiologi, dan teori Darwin
5. Pada saat dipengaruhi Semiologi
berusaha berkomunikasi/menangkap keinginan masyarakat
membuat lingkungan menjadi sesuatu yang bisa dikenal
mendamaikan aliran-aliran yang bertentangan
setiap unsur dan elemen bangunan berperan tanpa lepas dari kesatuan

CONTOH-CONTOH KARYA TRADISI IDEALIS
LE CORBUSIER

1. Proyek Algier
Permainan fungsi menghasilkan tidak hanya plastik symponi untuk
kenyamanan penglihatan tetapi juga suatu cara yang membuat fungsi-fungsi
vertikal sejelas dan sebaik horizontal dalam kota.
2. Kota kontenporer untuk 3 juta penduduk
ROBERT VENTURI
1. Building board, a football hall of fame
o disini diperlihatkan bagaimana arsitek memasukkan suatu klise
iklan dalam suatu bangunan tanpa menjadi langue atau parole. Hal
ini dipecahkan dengan kontak klise sehingga kontras dengan
bentuk-bentuk yang lain atau dengan kata lain tumpah dari suatu
permukaan ke permukaan yang lain.
o suatu museum yang juga merangkap sebagai penyangga suatu
billboard 2 dimensi yang besar.
o Penyelesaian pemakaian bahan yang kontradiktif tampa
mengkompromir satu sama lain, sehingga keduanya berhadapan
tampa menjadi samar-samar, yang vulgar tidak turun derajatnya
dan serius menjadi meyakinkan secara formal.

PETER SMITTHSON

House of The Future
o Semua permukaannya dibuat dari bagian-bagian melengkung yang
menghubungkan atau berhubungan sehingga mudah dibersihkan.
o Prinsip yang diambil disini adalah prinsip sebuah badan mobil,
dimana fleksibilitas penyesuaian terhadap situasi mengambil
peranan penting untuk menghilangkan efek destruktif dari
standardisasi, walaupun standardisasi itu sendiri sesuai dipandang
dari segi ekonomi maupun sosiologi.

TRADISI IDEALIS MEMILIKI IKATAN-IKATAN IDEALISTIS :
SEMANGAT BARU
KONSEP YANG JELAS
ZEITGEIST


BAGIAN IV
TRADISI AKTIFIS

Skema periode sejarah arsitektur modern tercatat adanya kecendrungan
yang terjadi dengan sendirinya, dimana konsep-konsep dan tipe-tipe arsitektur
dapat digabungkan, sehingga terjadi kelompok-kelompok arsitek, kelompokkelompok
ini besar kemungkinan terjadi karena adanya tipe-tipe yang sama, baik
secara psikologis maupun disiplin ilmu yang dipakai. Tapi pada dasarnya tak ada
arsitek yang dapat digolongkan secara mutlak dalam satu kelompok saja dan
barangkali seorang arsitek semakin baik jika semakin sulit dimasukkan kepada
satu kelompok tertentu, misalnya: LE CORBUSIER.
Tradisi Aktivis mempunyai hubungan dengan tradisi intuitif dalam
perkembangan pemikirannya, dimana kelompok intuitif pemikirannya
berkembang bebas menjadi anarkis dan tidak selalu ada komunikasi dengan
masyarakat saat itu. Sedangkan tradisi aktifis pemikirannya jauh ke depan dan
selalu dihubungkan dengan masyarakat pada saat itu.

KEPUSTAKAAN

Charles Jencks, Modern Movement in Architecture
Broadbent, Design in Architecture
Kenneth Frampton, Modern Architecture
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 10
Sumber: SRI GUNANA S.

Teori Kritis Dalam Wacana Teori Arsitektur

“bentuk arsitektural adalah titik temu antara massa dan ruang …. Bentuk-bentuk arsitektural, tekstur, material, pemisahan antara cahaya dan bayangan, warna, merupakan perpaduan dalam menentukan mutu atau jiwa dalam penggambaran ruang. Mutu arsitektur akan ditentukan oleh keahlian seorang perancang dalam menggunakan dan menyatukan unsure-unsur tadi, baik dalam pembentukan ruang dalam (interior) maupun ruang-ruang luar (eksterior) di sekeliling bangunan-bangunan”
Edmund N. Bacon, Perancangan Kota, 1974


Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilanluar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau seseorang yang mendudukinya. Hal ini juga menjelaskan kondidi tertentu di mana sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya, misalnya bila kita bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap. Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam menyusun dan mengkoordinasikan unsure-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk mengahsilkan suatu gambaran nyata. Dalam konteks studi ini, bentuk dapat dihubungkan baik dengan struktur internal maupun garis isternal serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh. Jika bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga-dimensi, maka wujud secara khusus lebih mengarah pada aspek penting bentuk yang mewujudkan penampilannya-konfigurasi atau perletakan garis atau kontur yang membatasi suatu gambar atau bentuk,

2.1 Wujud
Sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama di mana bentuk-bentuk dapat diidentifikasi dan dikategorikan
Disamping wujud, bentuk memiliki cirri-ciri visual seperti:
1. Dimensi
Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi-dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain dalam konteksnya.
2. Warna
Merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.
3. Tekstur
Adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk mementulkan atau menyerp cahaya dating.

2.2. Sifat-sifat Bentuk
Bentuk juga memiliki sifat-sifat tertentu yang menentukan pola dan komposisi unsure-unsurnya:
1. Posisi
Letak dari sebuah bentuk adalah relative terhadap lingkungannya atau lingkungan visual di mana bentuk tersebut terlihat.
2. Orientasi
Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatny.
3. Inersia Visual
Merupakan tingkat konsetrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orentasinya relative terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi, dan garis pandang manusia
Semua sifat-sifat bentuk ini pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana kita memandangnya:
• Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan wujud ataupun aspek-aspek bentuk dalam pandangan mata manusia.
• Jarak kita terhadap bentuk tersebut menentukan ukuran yang tampak.
• Keadaan pencahayaan dimana kita melihat suatu bentuk akan mempengaruhi kejelasan dari wujud dan strukturnya.
• Lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut mempengaruhi kemampuan kita dalam menterjemahkan dan mengidentifikasi bentuk tersebut.

2.3. Wujud
wujud memperlihatkan sisi luar karakteristik suatu bidang atau konfigurasi permukaan suatu bentuk runang. Wujud merupakan sarana pokok yang memungkinkan kita mengenal, mengindentifikasi dan mengkategorikan gambar-gambar dan bentuk-bentuk tertentu. Persepsi kita terhadap suatu wujud sangat tergantung pada tingkat ketajaman visual yang terlihat sepanjang kontur yang memisahkan suatu gambar dari latar belakangnya atau antara suatu bentuk dan daerahnya.

Dalam arsitektur, kita berkonsentrasi dengan wujud-wujud dari:
• Bidang lantai, dinding dan langit-langit yang membatasi ruang
• Bukaan-bukaan jendela dan pintu di dalam ruang tertutup.
• Baying-bayang (silhouette) dan kontur bentuk-bentuk bangunan.

2.3.1. Wujud Dasar
secara psikologis manusia secara naluriah akan manyederhanakan lingkungan visualnya untuk memudahkan pemahaman. Dalam setiap komposisi bentuk, kita cenderung mengurangi subyek utama dalam daerah pandangan kita ke bentuk-bentuk yang paling sederhana dan teratur. Semakin sederhana dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah untuk diterima dan dimengerti.

Secara geometri kita ketahui wujud-wujud beraturan seperti lingkaran dan sederetan segi banyak beraturan (yang memiliki sisi-sisi dan sudut-sudut yang sama) yang tak terhingga banyaknya dapat dilukiskan di dalam lingkaran, segitiga, dan bujur sangkar.
• Lingkaran : sederetan titik-titik yan disusun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap
sebuah titik tertentu di dalam lingkungan.
• Segitiga : sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga buah sudut.
• Bujur sangkar : sebuah bidang datar yang mempunyai empat buah sisi yang sama panjang dan empat
buah sudut siku-siku.
A. Lingkaran
Lingkaran adalah suatu yang terpusat, berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersuduat lainnya disekitar bentuk lingkaran atau menempatkan suatu unsure menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.
Komposisi dari lingkaran bisa mencapai titik:
 Netral,
 Stabil
 Tidak stabil
 Seimbang
 Terpusat sendiri
 Dinamis
 Diam ditempat

B. Segitiga
Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cederung jatuh ke salah satu sisinya

C. Bujur Sangkar
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar-yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Seperti juga segitiga, bujur sangkar tampak stabil jika berdiri pada salah satu sisinya dan dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya.


2.4. Bentuk Pejal Dasar
“ ….Kubus, kerucut, bola, silinder dan peramida adalah bentuk-bentuk dasar utama dimana peran cahaya sangat penting: kesan bentuk-bentuk ini tampak berbeda dan jelas bagi kita serta tanpa keraguan. Inilah alasan mengapa bentuk-bentuk yang indah, bahkan bentuk-bentuk yang paling indah” Le-Corbusier

Wujud dasar dapat dikembangkan atau diputar untuk mengahasilkan bentuk ruang atau bentuk pejal yang berbeda, teratur dan mudah dikenali. Lingkaran membentuk bola dan silinder, segitiga membentuk kerucut dan piramida, bujur sangkar membentuk kubus. Dalam konteks ini, istilah pejal (solid) bukan menjelaskan suatu benda yang padat dan keras tetapi lebih pada suatu bentuk atau gambar geometric tigadimensi
1. Bola:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah setengah lingkaran pada garis tengahnya, di mana jarak semua titik pada permukaan terhadap pusatnya adalah sama. Bola adalah bentuk yang terpusat dan memiliki konsentrasi (pemusatan) yang tinggi. Seperti halnya lingaran yang merupakan bentuk dasarnya, bola mempunyai titik pusat dan pada umumnya stabil dalam lingkungannya. Bola cenderung menggelinding jika diletakkan pada suatu bidang miring. Dilihat dari sudut manapun juga, wujud bola selalu tampak sama.
2. Silinder:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan olah perputaran sebuah segi empat pada salah satu sisinya. Silinder terpusat pada sumbu yang berbentuk garis yang menghubungkan pusat-pusat kedua permukaan lingkaran yang ada. Silinder dapat diperpanjang dengan mudah menurut arah sumbunya. Silinder merupakan bentuk yang stabil jika diletakkan pada permukaan lingkarannya; berubah menjadi labil jika sumbunya dicondongkan.
3. Kerucut:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah segitiga pada salah satu sisinya. Seperti halnya silinder, kerucut merupakan bentuk yang sangt stabil jika berdiri di atas permukaan lingaran dasarnya dan berubah menjadi tidak stabil jika sumbu vertikalnya dimiringkan atau dibalik. Bentuk ini masih dapat diletakkan berdiri pada ujungya dalam suatu keadaan seimbang yang kritis.
4. Piramida:
Bentuk Polihedron dengan dasar sisi banyak dan bidang-bidang segitiga yang bertemu pada satu titik. Bentuk pyramid memiliki cirri-ciri yang serupa dengan kerucut. Oleh karena semua permukaan sisi-sisinya merupakan bidang-bidang yang datar, maka piramida dapat berdiri dengan stabil pada setiap permukaannya. Lain halnya dengan kerucut yang berkesan lembut, piramida secara relative adalah bentuk yang berkesan keras dan bersudut.
5. Kubus:
Sebuah benda pejal prismatic yang memiliki enam permukaan bujur sangkar yang berukuran sama, di mana setiap dua sisi yang berhadapan membentuk sudut siku-siku. Karena dimensi-dimensi tersebut, kubus adalah bentuk statis yang tidak menunjukkan gerak maupun arah. Bentuk ini merupakan bentuk yang stabil kecuali jika berdiri di atas salah satu sisi atau sudutnya. Walaupun profil sudut-sudutnya dipengaruhi oleh arah pandang kita, kubus merupakan bentuk yang sangat mudah dikenali.

2.5. Bentuk-bentuk beraturan dan tidak beraturan
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berbubungan satu sama lain dan tersusun secara rapid an konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap satu sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida merupakan contoh utama bentuk-bentuk beraturan

Bentuk-bentuk dapat mempertahankan keteraturannya meskipun dimensi-dimensinya diubah, ataupun unsure-unsurnya ditambah atau dikurangi. Berdasarkan pengalaman dalam membangun bentuk-bentuk serupa, kita dapat membangun suatu bentuk teratur yang baru berdasarkan bentuk dasar meskipun dengan menghilangkan atau menambahkan beberapa bagiannya.

Bentuk tak teratur adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dari komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan.

Selama kita berkecimpung baik dengan massa padat maupun ruang kosong di dalam arsitektur, bentuk-bentuk beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk tak beraturan. Demikian juga bentuk-bentuk tak beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk beraturan

2.6. Perubahan bentuk
Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan benda pejal utama, melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan maupun pengurangan elemen-elemennya.
1. Perubahan Dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau beberapa dimensi-dimensinya dan tetap mempertahankan identitasnya sebagai anggota bagain dari suatu bentuk. Sebuah kubus misalnya, dapat diubah menjadi bentuk-bentuk prisma serupa dengan mengubah ukuran tinggi, lebar atau panjangnya. Bentuk tersebut dapat dipadatkan menjadi bentuk bidang pipih atau direntangkan menjadi suatu bentuk linier.
2. Perubahan dengan Pengurangan
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari volumnya. Tergantung dari banyaknya pengurangan, suatu bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau diubah menjadi suatu bentuk yang lain sama sekali. Sebagai contoh, sebuah kubus dapat mempertahankan identitasnya sebagai kubus walaupun sebagian dari kubus tersebut dihilangkan atau diubah menjadi serangkaian bentuk polyhedron teratur yang menggambarkan suatu bola.
3. Perubahan dengan Penambahan:
Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsure-unsur tertentu kepada volume bendanya. Sifat proses penambahan serta jumlah dan ukuran relative unsure yang ditambahkan akan menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan atau berubah.

2.7. Perubahan Bentuk
• Sebuah bola dapat diubah menjadi bentuk bulat terlur atau elips dengan cara memperpanjang salah satu sumbunya.
• Sebuah pyramid dapat diubah bentuknya dengan merubah dimensi dasarnya, modifikasi ketinggian puncaknya atau dengan memindahkan kedudukan titik puncak keluarnya dari sumbu vertical yang normal
• Sebuah kubus dapat diubah menjadi bentuk persegi panjang prismatic dengan memperpendek atau memperpanjang tinggi, lebar, ataupun tebalnya.

2.8. Bentuk yang dikurangi
Kita selalu mencari keteraturan dan kesenambungan di dalam bentuk-bentuk yang dapat dilihat dalam batas pandangan. Apabila sebagian dari bentuk pejal utama tersebut tersembunyi dari pandangan kita, kita cenderung melengkapi bentuknya dan memandangnya seakan-akan bentuk tersebut utuh karena secara naluriah benda tersebut akan terlihat utuh meskipun secara kasat mata tidak terlihat. Sama halnya dengan bentuk-bentuk beraturan yang volumenya hilang sebagian, bentuk-bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas formalnya jika kita menganggapnya sebagai bentuk yang tidak lengkap. Kita menyebut bentuk-bentuk terselubung ini sebagai bentuk-bentuk yang dikurangi. Karena sangat mudah dikenali, bentuk-bentuk deometrik sederhana.

Seperti bentuk pejal utama, dapat menerima secara langsung adanya pemotongan. Bentuk-bentuk ini akan tetap mempertahankan identitas formalnya jika bagian-bagian volumenya dihilangkan tanpa merusak sisi, sudut dan profil keseluruhan.

Keraguan akan identitas asli akan timbul jika sebagian dari bentuk tersebut dihilangkan dari volumenya dengan merusak sisi-sisinya dan secara drastis mengubah profilnya.

Pada deretan gambar-gambar ini, kapankah bentuk bujur sangkar yang dihilangkan salah satu sudutnya ini diubah menjadi sebuah konfigurasi “ L “ yang terdiri dari dua buah bidang empat persegi panjang?

Volume ruang dapat dikurangi untuk menciptakan jalan masuk yang menjorok ke dalam, halaman terbuka, ataupun bukaan-bukaan jendela yang terbentuk oleh adanya bukaan pada permukaan dinding secara vertical dan horizontal.

2.9. Bentuk yang ditambah
Apabila sebuah bentuk terpotong diperoleh dengan menghilangkan sebagian dari volume asalnya, maka suatu bentuk dengan penambahan dihasilkan dengan menghubungkan satu atau beberapa bentuk tambahan lain terhadap volume yang sudah ada.

Kemungkinan-kemungkinan dasar untuk penggabungan dua bentuk atau lebih adalah:
1. Gaya tarik ruang
Tipe hubungan ini terjadi karena kedua bentuk relative berdekatan satu dengan yang lain, atau saling membagi/ memberikan sifat visual umumnya seperti wujud, warna, atau material
2. Hubungan antar sisi
Pada tipe dengan pertemuan antar sisi ini, maka bentuk-bentuk itu akan memiliki satu sisi bersama-sama dan dapat berporos pada sisi tersebut.
3. Hubungan antar permukaan bidang
Pada tipe pertemuan permukaan bidang ini, kedua bentuk memiliki bidang-bidang datar yang berhubungan dan terletak sejajar satu sama lain
4. Ruang-ruang yang saling terkait
Pada tipe dengan volume-volume ruang yang saling berkaitan ini, bentuk-bentuk ruang tersebut saling menembus ke dalam masing-masing ruangnya. Bentuk-bentuk ini tidak perlu memilik kesamaan visual

Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan menurut sifat hubungan yang muncul diantara bentuk-bentuk komponennya sebaik konfigurasi keseluruhannya.
a. Bentuk Terpusat
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk dominant yang berada tepat di pusatnya
b. Bentuk Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah baris
c. Bentuk Radial
Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linier yang berkembang kearah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial.
d. Bentuk Cluster.
Sekumpulan bentuk-bentuk yang tergabung bersama-sama karena saling berdekatan atau saling memberikan kesamaan sifat visual.
e. Bentuk Grid
Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur oleh grid-grid tiga dimensi.

2.10. Bentuk Terpusat
Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk tersebut sangat ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah titik didalam ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu. Bentuk ini dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau penuh penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran seseorang atau suatu peristiwa.

2.11. Bentuk Linier
Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan bentuk dapat berupa pengulanangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsure lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah diding atau jalan.
• Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelolkkan sebagai penyeluaian terhadap kondisi setempat seterti topografi, pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak.
• Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu ruang di belakangnya.
• Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
• Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu unsure menara untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
• Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga bermacam-macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.

2.12. Bentuk radial
Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk linier yang berkembang dari suatu unsure inti terpusat kearah luar menurut jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan linier menjadi satu komposisi.
Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun sebagai pusat fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan suatu bentuk visual dominant, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari lengan-lengan radialnya.
Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk linier, yaitu sifat ekstrovertnya. Lengan-lenga radial dapat menjangkau ke luar dan berhubungan atau meningkatkan diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak. Lengan-langan radial dapat membuka permukaanya yang diperpanjang untuk mencapai kondisi sinar matahari, angin, pemandangan atau ruang yang diinginkan.
Organisasi bentuk radial dapat dilihat dan dipahami dengan sempurna dari suatu titik pandang di udara. Bila dilihat dari muka tanah, kemungkinan besar unsure pusatnya tidak akan dengan jelas, dan pola penyeberan lengan-lengan linier menjadi kabur atau menyimpang akibat pandangan perspektif.

2.13. Bentuk kelompok (cluster)
Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan deometrik dan sifat introvert bentuk perpusat organisasi kelompok cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan orientasi ke dalam strukturnya.
Berdasarkan fleksibilitasnya, organisasi kelompok bentuk-bentuk dapat diorganisir dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Dapat dikaitkan sebagai anggota tambahan terhadap suatu bentuk atau ruang induk yang lebih besar
b. Dapat dihubungkan dengan mendekatkan diri untuk menegaskan dan mengekspresikan volumenya sebagai suatu kesatuan individu.
c. Dapat menghubungkan volume-volumenya dan bergabung menjadi suatu bentuk tunggal yang memiliki suatu variasi tampak
Suatu organisasi kelompok dapat juga terdiri dari bentuk-bentuk yang umumnya setera dalam ukuran, wujud dan fungsi. Bentuk-bentuk ini secara visual disusun menjadi sesuatu yang koheren, organisasi nonhirarki, tidak hanya melalui jarak yang saling berdekatan namun juga melalui kesamaan sifat visual yang dimilikinya.
Sejumlah bentuk perumahan kelompik dapat dijumpai dalam berbagai bentuk arsitektur tradisional dari berbagai kebudayaan. Meskipun tiap kebudayaan melahirkan suatu jenis yang unik sebagai tanggapan terhadap factor kemampuan teknis, iklim dan social budaya, pengorganisasian perumahan kelompok ini pada umumnya mempertahankan individualitasnya masing-masing unitnya serta suatu tingkat keragaman moderat dalam konteks keseluruhan penataan.

2.14. Bentuk grid
Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada perpotongan garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh garis-garis grid itu sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur sangkar. Karena kesamaan demensi dan sifat semetris dua arah, grid bujur sangkar pada prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu tekstur tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri yang berulang dan mendalam.
Bujur sangkar, bila diproyeksikan kepada dimensi ketiga, akan menimbulkan suatu jaringan ruang dari titik-titik dan garis-garis referensi. Di dalam kerangka kerja modular ini, beberapa bentuk dan ruang dapat diorganisir secara visual.

2.15. Penggabungan bentuk geometri
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau berlawanan orientasinya dan saling menembus batas masing-masing. Maka masing-masing bentuk akan bersaing untuk mendapatkan supermasi dan dominasi secara visual. Pada situasi semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat berkembang:
a. kedua bentuk dapat menghilangkan identitas masing-masing dan bersatu menciptakan suatu bentuk komposit yang baru.
b. Salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat menerima bentuk yang lain secara keseluruhan di dalam ruangnya.
c. Kedu bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas masing-masing dan bersama-sama memiliki bagian volume yang saling berkaitan.
d. Kedua bentuk dapat terpisah dan dihubungkan oleh unsure ketiga yang memiliki geometri serupa dengan salah satu bentuk asalnya.
Bentuk-bentuk yang berbeda dalam hal geometri atau orientasi mungking tergabung dalam suatu organisasi tunggal untuk beberapa alas an sebagai berikut:
• Untuk menampung atau menekankan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dari ruang interior dan bentuk eksterior.
• Utnuk menunjukkan kepentingan fungsional atau simbolis dari suatu betntuk atau ruang di dalam konteksnya.
• Untuk menciptakan suatu bentuk komposit yang menggabungkan geometri-geometri kontras kepada organisasi terpusatnya.


• Utnuk mengarahkan suatu ruang terhadap suatu arah tertentu di dalam tapak bangunan.
• Untuk membentuk volume ruang yang jelas dari suatu bentuk bangunan.
• Untuk menunjukkan dan menegaskan bermacam-macam system konstruksi atau mekanik yang berada di dalam sebuah bentuk bangunan

• Untuk memperkuat kondisi local yang simetris dalam suatu bentuk bangunan.
• Untuk menanggapi geometri-geometri yang berbeda topografi, tumbuh-tumbuhan, batas-batas tapak, atau struktur-struktur yang sudah ada di lapangan
• Untuk memanfaatkan jalur gerak yang sudah ada pada suatu tapak bangunan.
Bentuk penggabungan dua bentuk diantaranya:
1. lingkaran dan bujur sangkar
2. grid yang diputar


2.16. Penegasan bentuk
Penegasan bentuk atau artikulasi di sini berarti cara bagaimana permukaan-permukaan suatu bentuk secara bersama-sama bentuk suatu wujud dan volume. Suatu bentuk yang dipertegas secara jelas memperlihatkan sifat asli bagian-bagiannya dengan tepat serta hubungannya satu sama lain termasuk hubunganya secara meneluruh. Permukaan-permukaannya tampak sebagai bidang-bidang yang berlainan denganwujud yang berbeda dan konfigurasi keseluruhan yang jelas serta mudah diterima. Demikian pula, kelompok bentuk yang dipertegas dapat menekan pertemuan-pertemuan antara bentuk-bentuk pokoknya dalam rangka mengeskpresikan sifat-sifat individualnya secara visual.

Sebagai kebalikan dari hal di atas, sudut-sudut, suatu bentuk dapat dibulatkan dan dihaluskan untuk menonjolkan kesinambungan seluruh permukaannya. Selain itu bahan, warna, tekstur, atau pola dapat dibuat melewati sudut dan permukaan yang berdekatan untuk mengurangi individualitas bidang permukaan dan sebaliknya menonjolkan volume suatu bentuk.

Sebuah bentuk dapat ditegaskan dengan:
a. membedakan permukaan yang berdekatan dengan jalan memberi perbedaan jenis material, warna, tekstur maupun polanya.
b. Mengembangkan sudut menjadi unsure linier yang tegas dan terpisah dari permukaan.
c. Menghilangkan sudut yang secara fisik memisahkan bidang-bidang yang berdekatan.
d. Menyinari bentuk untuk menciptakan ketajaman kontras dalam tingkat irama sepanjang sisi dan sudutnya.

2.17. Sisi dan Sudut


Sumber: http://furuhitho.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8566/HANDSOUT+bentuk.doc.

Menanti Terwujudnya Arsitektur Ramah Lingkungan

Jumat, 5 Juni 2009 | 16:32 WIB

TRI HARSO KARYONO
Rumah Hemat Energi karya Tri Harso Karyono: Dengan orientasi bangunan yang tepat, ventilasi silang yang memadai, rumah sejuk tanpa AC seluas 200 meter persegi di Tangerang hanya menghabiskan kurang dari 100.000 rupiah tagihan PLN per bulan.


JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia desain interior Indonesia yang mulai berkembang pada era 1980-an kini telah berubah dengan cepat mengikuti tren desain interior yang juga bergerak cepat. Sebelum tahun 1985, menurut desainer interior Siti Adiningsih Adiwoso, tren desain interior yang sebelumnya diperkirakan akan berubah tiap 10 tahun, menjadi berubah setiap lima tahun sekali.

Perubahan tersebut semakin cepat ketika memasuki tahun 2000. Sejak tahun itu, perubahan tren desain interior terjadi setiap 30 bulan. Perubahan tren tersebut juga diikuti dengan pekembangan teknologi yang digunakan. Teknologi digital generasi terbaru serta perusahaan yang dituntut lebih efisien, mewarnai perkembangan desain interior.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada sekitar tahun 1997-1998, kata Siti, juga berpengaruh terhadap perkembangan desain interior di negeri ini. Para desainer serta konsumen menghadapi dilema akibat naiknya harga berbagai material.

Memasuki tahun 2006, perkembangan dunia desain interior turut pula dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Menurut Siti, terjadinya pemanasan global atau global warming menuntut para arsitek untuk menghasilkan karya desain yang ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan rancangan hijau atau "green design".

Siti Adiningsih Adiwoso mengatakan, para arsitek Indonesia harus berani menjadi agen pembangunan dalam terciptanya desain arsitektur yang ramah lingkungan. "Desainer interior atau arsitek dalam negeri jangan hanya berorientasi terhadap uang, dan tidak mau tahu desain yang ramah lingkungan," katanya.

Ia menilai, penerapan "green design" dalam perkembangan zaman, sesungguhnya sangat mudah diterapkan. Ia mencontohkan, dengan memperbanyak penggunaan kaca pada sebuah bangunan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam.

"Banyak cahaya yang masuk akan mengurangi konsumsi listrik untuk lampu," kata Presiden Direktur PT Asri Desindo Intiwidya itu.

Ia menjelaskan, konsep tersebut sesuai dengan tren desain interior yang saat ini berkembang di Indonesia, yakni bercahaya, transparan, mudah dipindahkan, dan berwarna-warni.

Selain itu, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia ini juga mengharapkan, para desainer Indonesia dapat menjaga identitas lokal negeri ini. "Para desainer boleh tetap bebas dalam berekspresi, namun harus tetap lokal sebagai identitas masa depan," katanya.

Menurut dia, jangan sampai kasus klaim motif batik oleh Malaysia terjadi lagi. "Kalau ada yang mencuri karya kita, baru kita teriak. Kita harus lebih sadar untuk menjaga," katanya.

Ia juga mengritik desain bangunan modern di Jakarta yang belum mengacu pada bangunan ramah lingkungan atau "green building". "Masalahnya ada pada klien yang meminta macam-macam," katanya.

Pendapat serupa juga disampaikan desainer muda Leonard Theosabrata. Menurut dia, para desainer harus kembali sadar atas pentingnya desain yang ramah lingkungan. "Green design ini merupakan suatu keharusan. Mau atau tidak, hanya masalah waktu menuju ke sana," katanya.

Sosial Ekonomi
Leonard Theosabrata juga mengakui, sedikit banyak tren desain dalam negeri dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. "Model yang dipilih para klien tidak terlepas dari faktor latar belakang sosial serta ketersediaan dana," katanya.

Namun, menurut dia, yang terpenting dalam desain ramah lingkungan ini yakni adanya pengertian antara desainer dan pelanggan sebagai pengguna jasa.

"Hal terpenting ialah meningkatkan kesadaran desaner dan klien tentang arti penting green desain," katanya.

Ia menambahkan, desainer interior Indonesia masih memiliki peluang besar untuk menunjukkan kemampuan dan berkarya di dalam negeri. Ia menuturkan, peluang para desainer Indonesia untuk berkarya di dalam negeri cukup besar, mengingat belum banyak desainer asing yang bekerja di negeri ini.

"Kesempatan masih luas bagi desainer Indonesia untuk membuktikan diri," katanya,

Menurut dia, jika para desainer Indonesia justru memilih untuk berkarya di luar negeri, maka mereka justru akan sulit menujukkan kemampuannya, karena persaingan yang cukup ketat. Ia mengakui, para desainer lokal masih terbawa dengan gaya dan desain dari luar. "Desainer Indonesia memang sudah mulai kembali pada tren desain lokal, namun masih belum cukup," katanya.

Menurutnya, gaya desainer dalam negeri boleh saja tetap mengadopsi model dari luar, namun esensi dari produk lokal jangan sampai hilang.

''Menikmati'' Pemikiran Broadbent, Mangunwijaya, Jencks dan Kurokawa

15 Januari 2008
oleh : Jolanda Atmadjaja Herlambang


Kegiatan ‘berpikir’ dalam mendesain tentunya merupakan hal yang wajib dilakukan setiap desainer. Sebagai tahapan dalam proses desain - filosofi desain umum divisualisasikan, secara praktis diwujudkan dan ‘dinikmati’ pengguna desain melalui produk desain yang dihasilkan. Begitu pula dengan desain arsitektur, ‘buah pikir’ dapat dinikmati di antaranya melalui pengalaman ruang dan kegiatan apresiasi bentuk arsitektur.

Di awal abad ke-20 kita kenal Frank Lloyd Wright dengan konsep Organik-nya, Mies van der Rohe dengan Less is More –nya juga Le Corbusier dengan konsep ‘Five points of a New Architecture’ dan sculptural concrete architecture – nya. Di akhir abad ke 20 kita kenal Peter Eisenman dengan Arsitektur Dekonstruksi – nya, juga gerakan Metabolis yang dirintis Kisho Kurokawa, dkk. (untuk selanjutnya Kurokawa mengembangkan konsep Simbiosis) dan masih banyak arsitek pemikir yang fenomenal.
Lalu bagaimana dengan pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan? Akankah juga mampu memberi ‘kenikmatan’ tersendiri pada pembaca seperti halnya pengalaman estetis dalam menikmati karya arsitektur dan karya desain lainnya?

Sepanjang pengalaman ‘membaca’ saya di antara banyak tulisan di bidang desain arsitektur ada tulisan 4 orang arsitek pemikir fenomenal yang dipublikasikan pasca tahun 1970-an yang menggugah pikiran dan kesadaran saya : Geoffrey Broadbent, Charles Jencks, YB Mangunwijaya, dan Kisho Kurokawa.

Secara umum melalui pemikiran ke 4 tokoh ini proses desain dan estetika bentuk, khususnya, dipandang sebagai suatu yang utuh. Desain merupakan keterkaitan segala aspek dalam obyek desain, obyek desain dengan lingkungannya, sekaligus juga hubungan desainer, obyek desain dengan pengguna, penikmat desain. Desain merupakan media penyampai pesan, selain memiliki dimensi – seperti kata Vitruvius - fungsi, struktur dan estetika.

Sementara estetika bentuk merupakan ‘keseimbangan’ dari segala aspek dalam desain, cenderung bersifat kontekstual dan merupakan ‘jiwa’ desain. Estetika bentuk tidak dipandang hanya melalui tampilan atau keindahan fisik atau pun melalui hasil komposisi dari unsur rupa (garis,bidang,bentuk 3d,tekstur,dll.) dengan penerapan prinsip desain (kesatuan,keseimbangan,irama,dll.) saja. ‘Meaning’ dalam desain dengan tingkatannya (denotatif atau pun konotatif) merupakan aspek penting estetika bentuk.

Geoffrey Broadbent

Sumber gambar : http://www.wessex.ac.uk/news/architecture.html

Kita kenal Broadbent dengan bukunya ‘Design in Architecture’ (1980) yang memuat hal-hal mendasar dalam desain arsitektur dan menjadi pegangan wajib mahasiswa, akademisi, arsitek maupun peminat desain arsitektur lain. Arsitektur dengan pendekatan manusia, pemikiran sistematis dan menyeluruh, mencakup aspek logis, intuitif dan kreativitas yang dibutuhkan dalam mendesain diurai secara mendetail dalam buku ini.

Hal fundamental dan menarik untuk dikembangkan yang dipaparkan pula oleh Broadbent adalah pendekatan bentuk. Broadbent membagi pendekatan bentuk ke dalam empat kategori (1973 : 25 – 54)
Pragmatik – pendekatan melalui tahap percobaan, trial and error

* Ikonik (selanjutnya dikembangkan menjadi Tipologik) – pendekatan melalui tradisi, kebiasaan yang telah umum dilakukan atau berdasar
kesepakatan sosial
* Analogik – pendekatan analogi alam, atau segala sesuatu (kerja tubuh
manusia, teori fisika, dsb.)
* Kanonik/Geometrik (menurut Broadbent dalam makalah seminar arsitektur di Univ. Parahyangan tahun 1987 pendekatan Kanonik
dikembangkan menjadi Sintaksis) – pendekatan sistem geometris, matematis, keteraturan, modul, dsb.

Selanjutnya Broadbent mengembangkan konsep bentuk nya dalam konteks semiotika (ilmu tanda) berdasar teori Peirce dan Piaget dalam buku ‘Sign, Symbol, and Architecture’ (1980 : 311 - 330)

* Pragmatik sebagai Indeks
dikategorikan dapat merupakan petunjuk sesuatu dan sebagai tanda – pesan dapat direspon secara langsung
* Analogik dan Kanonik sebagai Ikon,
hasil olah bentuk baik secara matematis, metafora, dsb. dan sebagai tanda – obyek menunjukkan maksud yang ingin disampaikan
* Tipologik sebagai Simbol
merupakan hasil kesepakatan sosial, kebiasaan umum, dan sebagai tanda - pesan dapat diketahui maksudnya dengan melihat hubungan obyek dengan lingkungan yang ada di sekitar juga hubungan-hubungan dalam obyek, bersifat kontekstual

Melalui telaah bentuk kita mengetahui bahwa aspek komunikasi merupakan hal penting dalam arsitektur. Arsitektur sebagai bahasa dan merupakan kumpulan ‘tanda’. Pernyataan ini diuraikan pula oleh Jencks dalam buku yang sama (1980 : 107 – 110) bahwa arsitektur sebagai tanda dapat merupakan indeks, ikon maupun simbol. Arsitektur sebagai a way of life sign, pernyataan status sosial ekonomi, pernyataan dari kepercayaan, tradisi, makna antropologis yang mencerminkan kondisi sosial ekonomi suatu wilayah, tanda dari fungsi dan aktivitas dalam bangunan, fungsi sosial, psychological motivation, struktur, temperature control, environmental service, pernyataan konsep ruang, komunikasi bentuk tiga dimensional - a sign of formal articulation.

Hal ini membuka pikiran untuk melihat desain sebagai bagian dari proses sosial budaya dan aspek bentuk merupakan salah satu media komunikasi visual, yang dapat menjembatani desainer dengan masyarakat pengguna dan pengamat.



Yusuf Bilyarta Mangunwijaya


Sumber gambar : http://id.wikipedia.org/wiki/Y.B._Mangunwijaya

Pemikiran menyeluruh dan kontekstual, paduan seimbang logika, intuisi dan kreativitas serta muatan sosial budaya desain terangkum pula dalam pemikiran ‘guna dan citra’ oleh YB Mangunwijaya dalam buku ‘Wastu Citra’ (1988). Mangunwijaya menekankan pula bahwa kearifan budaya lokal mampu menjadi solusi desain yang ‘membumi’, ramah lingkungan dan lebih bersifat ‘abadi’.

Citra arsitektur tidak terlepas dari potensi-potensi alam, sifat manusia yang ada di sekitarnya, menunjukkan keselarasan dengan alam sekelilingnya. Arsitektur yang baik, yang indah tidak terlepas dari ekspresi dan realisasi diri, bukan hanya penonjolan aspek fisik saja. Oleh karena itu arsitektur, yang berasal dari kata architectoon / ahli bangunan yang utama, lebih tepat disebut vasthu / wastu (norma, tolok ukur dari hidup susila, pegangan normatif semesta, konkretisasi dari Yang Mutlak ), karena wastu lebih bersifat menyeluruh / komprehensif, meliputi tata bumi (dhara) , tata gedung (harsya ), tata lalu lintas (yana) dan hal-hal mendetail seperti perabot rumah, dll.

Total-architecture tidak hanya mengutamakan aspek fisik saja, yang bersifat rasional, teknis, berupa informasi tetapi mengutamakan pula hal-hal yang bersifat transendens, transformasi, pengubahan radikal ke-ada-an manusia. Oleh sebab itu citra merupakan bagian yang sangat penting dalam berarsitektur.Citra menunjuk pada sesuatu yang transendens, yang memberi makna. Arti, makna, kesejatian, citra mencakup estetika, kenalaran ekologis, karena mendambakan sesuatu yang laras, suatu kosmos yang teratur dan harmonis.

( YB Mangunwijaya, Wastu Citra, 1988 : 326 – 337 )

Pemikiran Mangunwijaya yang kontekstual, peka terhadap kearifan lokal, ‘membumi’ diwujudkan dalam karya-karyanya seperti area ziarah umat Katolik di Sendang Sono, Muntilan ataupun pemukiman tepi Kali Code, Yogyakarta ( kini sudah tidak terawat lagi ). Kejujuran fungsi, bahan dan struktur menentukan estetika bentuk bangunan dan kawasan karya Mangunwijaya yang menunjukkan kesatuan dengan alam dan merupakan konsistensi perwujudan konsep guna dan citra yang dicetuskannya.



Sendang Sono, Muntilan, Jawa Tengah
sumber gambar :
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/places-of-interest/sendang-sono/


Charles Jencks

Sumber gambar : http://www.charlesjencks.com/biography.html



DNA for KEW Gardens, London (2003)
Sumber gambar : http://www.charlesjencks.com/kew.html

Sementara Jencks dalam karyanya ‘The Architecture of The Jumping Universe’ (1996) menjadikan teori-teori kontemporer tentang alam semesta seperti teori chaos dengan butterfly effect-nya, fractal, kompleksitas, nonlinearity, dll. sebagai dasar pemikiran arsitektur. Memadukan sain dengan perkembangan arsitektur dengan tujuan memberi pemahaman bahwa arsitektur mencerminkan pula pandangan tentang alam semesta. Jencks menggunakan pula istilah Form Follow World View.

The Butterfly Effect – little changes can have extraordinary and unpredictable consequences.

The universe is much more like a butterfly than a Newtonian machine. The universe is self-organizing, unpredictable, creative, and self-transforming. Every living thing has the property of self-repair, a small version of its great power of self-organizing.

As buildings reveal a way of life, this new world view will be most visibly expressed in architecture. Architects express the ideals of an age. Architecture is built meaning. We may speak or write our thoughts.

Architecture reveals what we believe, how we want to live. It fatefully expresses who we are. ( Charles Jencks, The Architecture of The Jumping Universe, 1996 : 11 – 13 )

Fraktal merupakan struktur yang memiliki substruktur yang masing-masing substruktur memiliki substruktur lagi dan seterusnya. Setiap substruktur adalah replika kecil dari struktur besar yang memuatnya. Contoh fraktal dalam arsitektur adalah penerapan permainan perulangan bentuk geometris dengan keragaman dimensi dan peletakan sebagai bagian struktur , atau juga denah dengan bentuk dasar lingkaran dengan 2 ukuran berbeda bertumpu pada pergerakan spiral pada susunan tangga, dll.

Bagi Jencks karya Frank O. Gehry, Vitra International Headquarters, di Birsfelden, Switzerland (1992 – 4), dianggap memiliki kedalaman dan kreativitas melalui paduan yang saling melengkapi antara bentuk-bentuk dinamis, biomorfik pada bangunan dengan fungsi ruang ceremonial meeting dengan bentuk-bentuk formal, teratur, grid pada bangunan fungsi kantor. Struktur dalam bangunan menentukan dan memiliki kesatuan dengan bentuk luarnya. Setiap putusan desain merupakan hasil pertalian antar aspek di dalamnya.



Vitra International Headquarters, Birsfelden, Switzerland (1992 – 4)
Sumber gambar : http://www.netropolitan.org/gehry/vitra.html

Sedangkan karya Peter Eisenman menunjukkan kedinamisan alam melaluipemanfaatan kemajuan teknologi komputer sebagai bagian dari proses desain. Kita ketahui Eisenman sebagai salah satu pencetus Arsitektur Dekonstruksi cenderung memanfaatkan pendekatan bentuk pragmatis (menurut kategorisasi bentuk Broadbent) dalam karya-karyanya.

Pada tahun 1997 (Yakob Sutanto, Arsitektur + Tempo, Kompas 17 April 2005 : 33) Eisenman Architects di New York menjadikan kedinamisan tempo sebagai konsep dalam ‘Virtual House’ melalui simulasi digital.



Virtual House (1997)
Sumber gambar : http://prelectur.stanford.edu/lecturers/eisenman/

Prinsip arsitektur yang perlu diterapkan di tengah kompleksitas jaman ini menurut Jencks (1996 : 167 – 169) adalah :

* Alam dan ‘bahasa alam’ merupakan pendekatan desain. Desainer sebagai the originators of the second nature, melakukan penyesuaian
dengan alam juga beradaptasi dengan kemajuan teknologi
* Representasi kedinamisan sifat dasar alam semesta
* Kreativitas memuat permainan imajinasi dan pendekatan intelektual. Desain berkait dengan organizational depth, multivalence, kompleksitas dan the edge of chaos, serta merupakan ‘higher organization out of order and chaos’
* Penerapan keragaman, bottom-up participatory system , yang mampu memaksimalkan perbedaan.
o If the universe is a whole and societies as parts, are inherently self-organizing and in the end chaotic, the survival strategy will depend on a variety of models, species and approaches. The conclusion must be that one should foster a difference which will reach a maximum point of ‘self-organizing criticality’, that is, just before it explodes in complication
* Keragaman, perbedaan pemikiran desain dapat dipadukan melalui metodemetode yang mampu mengakomodir keragaman
* Beragam kebijakan berorientasi lingkungan dan kearifan lokal menjadi dasar desain.
* Arsitektur memuat kompleksitas permasalahan, mengakomodir beragam tuntutan yang kontradiktif. Sebagai bahasa - arsitektur mengadopsi simbol, makna alam, baik lokal maupun universal
o It should have a double-coding of these concerns with aesthetic and conceptual codes
* Sain, khususnya sain kontemporer sebagai penyingkap tanda-tanda alam dijadikan pendekatan dalam arsitektur.
o A cosmogenic architecture must embody imagination in action, it must dramatize creative processes, or it is nothing. Its spiritual role is to portray the laws and be emergent – that is surprise

Pemikiran Jencks membuka peluang kita untuk lebih luas memandang arsitektur sebagai mikrokosmos yang mencerminkan makrokosmos, seperti yang telah dipaparkan Mangunwijaya. Pandangan tentang alam semesta selalu berubah dinamis sejalan perkembangan jaman, begitu pula dengan pemikiran dalam arsitektur. Perkembangan sain dan teknologi dapat menjadi sumber inspirasi dan penunjang utama dalam proses desain, selain juga aspek ekologis (konsep ekodesain).
( Informasi lain tentang Jencks dapat diakses di www.charlesjencks.com )


Khiso Kurokawa

Sumber gambar : http://www.kisho.co.jp/page.php/4

Mikrokosmos sebagai pencerminan dari makrokosmos dijabarkan pula oleh Kisho Kurokawa. Kurokawa menyatakan bahwa arsitektur menjelang dan awal abad ke 21 berada dalam periode Age of Life di mana proses kehidupan : metabolisme, metamorfosis dan simbiosis dapat dicerminkan dalam perwujudan arsitektur. Kita ketahui Kurokawa merupakan salah satu pencetus gerakan Arsitektur Metabolis di
tahun 1960-an.

In the age of life, it is the very plurality of life that possesses a superior and rich worth. The rising interest in the environment and the new importance given ecology aim at preserving the diversity of life.

Life is the creation of meaning. The life of the individual and the diversity each species possesses is linked to the diversity of all of the different human cultures, languages, traditions, and arts that exist on the earth. In the coming age, the machine-age ideal of universality will be exchanged for a symbiosis of different cultures. ( Informasi lain tentang Kurokawa dapat diakses di www.kisho.co.jp )

Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara mendetail dalam bukunya Intercultural Architecture – The Philosophy of Symbiosis (1991). Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan Jencks (sebagai pembuka tulisan), arsitektur simbiosis merupakan konsep both-and, mix and match dan bersifat inklusif. Kurokawa mengadaptasi sain kontemporer (the non-linear, fractal, dll.) pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa tiap tempat, wilayah, budaya punya autonomous value dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya dll. Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan, merupakan intercultural, hybrid
architecture.

Dalam karyanya pemukiman di Al-Sarir, Libya 1979 – 84 (1991, 93 -94) Kurokawa memadukan teknologi baru dengan alam padang pasir, antara lain dengan memanfaatkan bahan dasar bangunan sand-bricks, dipadukan dengan materi prefabrikasi untuk bahan atap, juga pengaturan sirkulasi udara, dll. Tiap lay out dan desain diupayakan memenuhi keinginan tiap penghuni sehingga tiap rumah memiliki bentuk yang berbeda walau dengan bahan dan struktur yang sama.



KL International Airport - Selangor, Malaysia
Sumber gambar : http://www.kisho.co.jp/page.php/223

Merupakan perpaduan struktur geometric hasil teknologi dengan bentuk kubah sebagai simbol tradisi Islam (dalam bentuk hyperbolic paraboloid shell) juga area hijau seperti penerapan taman dalam airport serta lansekap hutan tropik

Kondisi alam yang semakin tidak pasti di jaman konseptual dan high touch seperti sekarang menjadikan pemikiran desain mengarah pada kebijakan dalam mengolah alam, sustainable construction, eko desain. Konsep simbiosis Kurokawa, uraian Mangunwijaya dalam Wastu Citra, pemikiran Green Architecture Jencks dan Broadbent (pada perkembangan terakhir Broadbent pun terlibat pada pemikiran Green Architecture) secara jelas dan komprehensif menyoroti masalah tersebut.

Benang merah dari ciri pemikiran Broadbent, Jencks, Mangunwijaya dan Kurokawa (selain mampu memberi gambaran lebih luas, menyeluruh dan multidimensi tentang estetika bentuk dan proses desain pada umumnya) adalah kemampuan berpikir metaforis. Bagi saya hal ini yang mampu menjadikan pemikiran-pemikiran keempat tokoh ini fenomenal, memiliki visi masa depan dan memenangkan benak saya sebagai ‘penikmat’ pemikiran sekaligus merupakan pengalaman estetis. Seperti juga kata Twyla Tharp yang dikutip oleh Daniel H. Pink dalam bukunya Misteri Otak Kanan (judul asli adalah A Whole New Mind – 2007), metafor adalah kekuatan yang vital dan pemberi hidup dari semua seni. Selanjutnya Pink menguraikan (2007 : 182 -188)

Proses pemikiran manusia pada umumnya adalah metaforis.
Dalam sebuah dunia yang kompleks penguasaan kiasan-kemampuan otak yang utuh yang disebut oleh sebagian saintis kognitif sebagai rasionalitas imajinatif – menjadi semakin lebih bernilai.

Pemikiran metaforis dapat membantu kita tuk memahami orang lain dan diri kita,
juga menyadari makna. Imajinasi metaforis penting untuk menempa hubunganhubungan empatik dan mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman.

Era konseptual juga menuntut kemampuan untuk memahami suatu hubungan diantara hubungan-hubungan, atau dikenal pula dengan istilah pemikiran sistem, pemikiran struktur, pemikiran holistik ataupun melihat keseluruhan perspektif.

Pengenalan pola, pemikiran keseluruhan perspektif dengan bergantung pada penalaran kontekstual yang intuitif memungkinkan para pemimpin untuk memilih kecenderungan-kecenderungan yang bermakna dari campuran informasi di sekitarnya dan berpikir secara strategis jauh ke masa depan.

Saat menelaah proses berpikir metaforis arsitek-arsitek tersebut kita akan menemukan bahwa beragam teori yang dijabarkan punya ‘value’. Dalam hal ini ‘value’ mengarah pada kemampuan membentuk pola pikir kita menjadi lebih menyeluruh dan integral, sekaligus juga membangun kesadaran akan kompleksitas dan konteks permasalahan desain sesuai tuntutan kondisi jaman.

Kekuatan pemikiran desain (yang memberi pula perspektif baru tentang estetika bentuk) ditunjang oleh perwujudan nyata dalam karya oleh arsitek pemikir seperti Mangunwijaya, Jencks, Kurokawa, dkk. menunjukkan bahwa keseimbangan otak kiri dan kanan yang menentukan kekuatan logika, intuisi dan kreativitas kita sungguh penting dalam mendesain. Pada akhirnya membangun perenungan kita untuk berupaya lebih bijak menyikapi beragam permasalahan desain yang semakin kompleks dan tidak pasti.


Daftar Pustaka :
1. Broadbent, Geoffrey, Design In Architecture , John Willey & Sons, Chichester : 1980 (cetakan pertama tahun 1973)
2. Broadbent, Geoffrey; Bunt, Richard ; Jencks, Charles , Sign, Symbol and Architecture, John Willey & Sons, Chichester : 1980
3. YB Mangunwijaya, Wastu Citra, PT. Gramedia, Jakarta : 1988
4. Jencks, Charles , The Architecture of the Jumping Universe, Academy Group Ltd., London : 1996 (cetakan pertama tahun 1995)
5. Kurokawa, Kisho, Intercultural Architecture, A Philosofy of Symbiosis , Academy Group Ltd. and Khiso Kurokawa, London : 1991
6. Pink, Daniel H. , Misteri Otak Kanan (judul asli A Whole New Mind , Riverhead Books, New York : 2006), Penerbit Think, Yogyakarta : 2007
7. Broadbent, Geoffrey, Design In Architecture, makalah seminar Universitas Parahyangan Bandung, 6 Juni 1987
8. Yakob Sutanto, Arsitektur + Tempo, Kompas 17 April 2005 : 33
9. Situs-situs tersebut pada tulisan dan gambar

Copyright artikel diatas pada Jolanda Atmadjaja Herlambang.

Ideologi,Gagasan,Tindakan,Artefak: PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGIS

Melakukan telaah antropologis terhadap arsitektur akan membawa kita kepada sebuah dunia yang baru dan cukup mengasyikkan.
Baru dan mengasyikkan bagi calon arsitek muda yang sedang berusaha memahami dunia arsitektur.
Maupun bagi arsitek yang telah banyak berbicara konsep, teknik dan aplikasi ilmunya, namun lupa melihat konsep di belakang istilah arsitektur itu sendiri.

Membicarakan arsitektur dari jendela antropologi hanya salah satu cara untuk melihat arsitektur dari orbit luarnya.
Dengan meminjam jendela antropologi kita akan melihat arsitektur sebagai sebuah proses kebudayaan yang utuh.
Gejala dan wujud kebudayaan dalam arsitektur merupakan indikasi yang semakin mendekatkan arsitektur dengan proses terciptanya kebudayaan.

Gejala dan Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Honingmann terdapat tiga gejala kebudayaan, yaitu ideas, activities dan artifacts (dalam Koentjaraningrat, 2005 hal 74).
Koentjaraningrat sendiri menawarkan empat wujud kebudayaan, yaitu: kebudayaan sebagai nilai ideologis; kebudayaan sebagai sistem gagasan; kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola; dan kebudayaan sebagai benda fisik (artifak) (Koentjaraningrat, 2005).


Kerangka Konsentris Kebudayaan
Sumber: Koentjaraningrat (2005: 92)

Dari empat wujud yang ditawarkan dalam lingkaran kerangka kebudayaan di atas, masing-masing memiliki kecenderungan bentuk yang berbeda satu dengan lainnya.

Nilai-nilai budaya merupakan tahap filosofis atau ideologis yang terbentuk karena pengalaman manusia, tahap ini merupakan hasil pemikiran yang biasanya memiliki bentuk tekstual tersurat maupun tersirat dalam norma, aturan adat, cerita rakyat atau karya seni.

Sistem budaya berupa gagasan dan konsep juga merupakan manifestasi hasil pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki bentuk tertulis tersurat dan beberapa dapat berbentuk gambar atau konfigurasi.

Sistem sosial sebagai tahap wujud selanjutnya merupakan tindakan dalam rangka “mewujudkan” konsep. Tahap wujud ini dapat berbentuk tulisan, gambar, konfigurasi maupun kegiatan.

Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan.

Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di atas.
Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi yang melandasi, konsep, metode dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya.

Ideologi dan Nilai Budaya
Arsitektur sebagai sebuah ilmu terapan merupakan muara bertemunya berbagai ilmu danseringkali juga menjadi muara manifestasi berbagai nilai budaya yang ada di masyarakat. Nilai budaya ini seringkali muncul sebagai landasan ideologis karya-karya arsitektur. Munculnya “isme” pada tataran ideologi lebih tepat disebut sebagai “era dalam arsitektur” bukan “gaya dalam arsitektur”.
Munculnya era arsitektur klasik, modern dan post-modern menandakan adanya evolusi perbedaan rumusan mengenai keindahan secara ideologis.

Gagasan dalam Konsep Karya
Unsur yang akan selalu ada dalam proses penciptaan “karya arsitektur” adalah “keindahan”. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutan dalam sebuah “karya arsitektur”. Keindahan merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik melalui teknik dan metode dalam arsitektur.

Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah kebudayaan. Estetika merupakan wujud kedua dari kebudayaan atau merupakan wujud gagasan.

Tindakan dalam Proses Menuju Karya
Dalam proses ber-arsitektur terdapat tahapan hingga terciptanya sebuah “karya arsitektur”. Proses hingga terwujudnya “karya arsitektur” ini memerlukan teknik dan metode yang dikuasai oleh para pelaku arsitek.
Teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan untuk mencapai tahap realisasi fisik ini dapat difahami sebagai sebuah sistem perilaku atau tindakan tertentu.
Aktifitas dalam bentuk teknik-teknik tertentu yang sudah terbentuk menjadi struktur sistem baku dalam dunia arsitektur merupakan wujud ketiga arsitektur sebagai sebuah kebudayaan atau merupakan wujud tindakan.

Artefak dalam Karya Arsitektur
“Karya arsitektur” sebagai produk arsitektur merupakan wujud fisik yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan kehadirannya dalam masyarakat.
Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun sebuah lingkungan buatan, dapat difahami sebagai sebuah artefak.
Sebuah “karya arsitektur” mengkomunikasikan kondisi masyarakat di mana artefak tersebut berada.
Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan, wujud fisik.
Kebudayaan dalam Wujud fisik merupakan bagian terluar dari lingkaran konsentris kerangka kebudayaan (Koentjaraningrat, 2005).

Perkembangan Arsitektur dalam Sistem Nilai Kebudayaan
Apabila dilihat dari proses yang terjadi, maka tahap gagasan merupakan awal terjadinya proses ber-arsitektur tersebut.
Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga akhirnya terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya.

Namun demikian, keberadaan konsep estetika sebagai wujud gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individunya maupun pengalaman kolektif yang dialami kelompok masyarakat tertentu.
Pengalaman ini meliputi: pengembangan kepercayaan terhadap kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi; hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain; ekspresi kepribadian individual kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya; mengupas makna-makna yang dapat diterima oleh lingkungan (Mulder, 1975, dalam Koentjaraningrat, 2005).

Manifestasi dari pengalaman ini adalah “rumusan ideologi estetika masyarakat”.

Diagram Hubungan Pengalaman, Kerangka Kebudayaan dan Perkembangan Arsitektur
Sumber: Analisis (2008)

Pengalaman yang berbeda-beda antar individu akan menghasilkan perbedaan dalam rumusan bentuk estetika masing-masing.
Dalam sebuah kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk estetika tercermin dalam sistem nilai kebudayaannya.
Hal ini yang akan menentukan munculnya berbagai gaya dalam arsitektur.
Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masing-masing.
Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu, “karya arsitektur” dalam sebuah masyarakat dapat menjadi alat untuk membaca kondisi pengalaman dan sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, gagasan mengenai setting perilaku dalam masyarakat merupakan hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan desain sebagai artifak kebudayaan.
Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri.

Contoh Kasus: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

Secara singkat di bawah ini akan dicontohkan terjadinya perkembangan berbagai gaya dalam dunia Arsitektur dalam kaitannya dengan perkembangan kebudayaan yang melingkupinya.

Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni.

Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta.

Pada perkembangannya Arsitektur Yunani kuno mulai meninggalkan tahapan mitologi dan menuju tahap filsafat ilmu.
Pada masa ini ilmu ukur menjadi penting dalam menentukan bentuk dan proporsi bangunan. Rumus matematis berperan penting dalam menentukan nilai estetika sebuah bangunan. Keindahan pada era ini tersirat dalam penggunaan proporsi golden section dan pemanfaatan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya.

Abad pertengahan ditandai oleh menguatnya pengaruh agama dalam masyarakat. Arsitektur gothic berkembang sebagai simbol cahaya dan pencerahan terhadap manusia.
Wahyu Tuhan melalui ajaran gereja merupakan landasan ideologis mutlak.
Manusia dan kehidupan duniawi cenderung terbelenggu sehingga semua ilmu diarahkan untuk kepentingan pengembangan gereja.
Filsafat berkembang seputar manusia sebagai makhluk penuh dosa yang dilahirkan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Satu-satunya yang dapat menolong manusia dari kegelapan adalah cahaya Tuhan melalui ajaran gereja yang direpresentasikan oleh adanya keindahan permainan cahaya dalam bangunan-bangunan bergaya gothic.

Era Renaissance merupakan masa peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern. Arsitektur Renaissance menggambarkan perjuangan lepas dari doktrin gereja.
Ornamen-ornamen organis muncul sebagai bagian dari keindahan bangunan.
Cahaya masih menjadi bagian dari keindahan bangunan, namun unsur-unsur duniawi juga muncul dalam bentuk detail-detail yang indah.
Detail yang bersifat duniawi pada era pertengahan sangat dibatasi.
Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi untuk melepaskan diri dari doktrin gereja.

Secara umum zaman modern sendiri merupakan masa di mana seluruh cabang ilmu berkembang dengan sangat pesat.
Penemuan mesin, revolusi Industri dan penemuan material baru menimbulkan berbagai perubahan dalam masyarakat secara cepat.
Sehingga perkembangan ilmu-ilmu tersebut juga memunculkan berbagai gaya dan aliran dalam dunia arsitektur sendiri.
Minimalisme, fungsionalisme, industrialisme, konstruktifisme dan rasionalisme merupakan gambaran adanya berbagai gaya arsitektur yang muncul pada zaman modern ini.
Meski terdapat berbagai macam gaya arsitektur, kondisi kebudayaan masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam koridor ideologi yang cenderung humanis, monoton dan rasionalis akibat perkembangan ilmu itu sendiri.

Zaman post-modern secara garis besar berusaha lepas dari batasan-batasan ketat yang ada pada zaman modern.
Dekonstruksi, simbiosisme, eklektisisme, feminisme dan hibridisme memberi gagasan pada kebebasan dan kemajemukan.
Meski diwarnai oleh berbagai nama gaya atau aliran, ternyata semua tetap merujuk pada pembebasan manusia yang pada era modern terbelenggu ketat oleh struktur-struktur konsensus dan makna tunggal.
Pada era post-modern ini filsafat strukturalisme hingga post-strukturalisme menjadi landasan ideologis nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Arsitektur Barat dan Timur berkembang berbeda karena pengalaman dan perkembangan filsafat ilmu, filsafat agama dan filsafat alam masing-masing wilayah ini memang berbeda. Dalam kasus era modern dan post-modern meski ditemukan berbagai macam gaya arsitektur yang muncul, namun memiliki landasan ideologis yang sama.
Sehingga kemunculan berbagai gaya ini dalam telaah antropologi budaya hanya merupakan perubahan pada dua wujud lingkaran terluar pada kerangka kebudayaan Koentjaraningrat, sehingga tidak menyentuh perubahan pada taraf ideologi dan konsepnya.
( oleh : Rahadea Bhaswara )

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat (2005). Pengantar Antropologi I. Rineka Cipta.

Melvin, Jeremy. …isms: Understanding Architectural Styles. Universe.

Surajiyo (2007). Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.